Pemkab Malra Butuh Dukungan Seluruh Elemen Tanggulangi Kemiskinan Ekstrim Dan Stunting
SuaraReformasi.Com.Langgur – Sesuai data Badan Pusat Statistik (BPS), tingkat kemiskinan di Maluku Tenggara (Malra) sebesar 21,79 %.
Penduduk di bawah garis kemiskinan lebih dari 22.000 jiwa. Sedangkan penduduk miskin ekstrim yang diidentifikasi pengeluaran per harinya kurang dari Rp. 11.700 masih sebanyak 4.500 lebih kepala keluarga (KK), yang tersebar di 11 kecamatan.
Hal itu disampaikan Penjabat (Pj) Bupati Maluku Tenggara (Malra) Jasmono dalam sambutannya yang dibacakan Pj Sekda Nicodemus Ubro disela-sela kegiatan pembukaan Persidangan ke-71 Klasis GPM Pulau-Pulau Kei Kecil dan Kota Tual Tahun 2024 di Ohoi (desa) Warbal, Minggu (3/3).
Jasmono mengungkapkan, kondisi stunting di Malra per-tahun 2023 menunjukkan tingkat prevalensi sebesar 16,05 persen. Dengan jumlah balita stunting yang diidentifikasi sebanyak 1.168 anak, tersebar di 11 Kecamatan.
“Kedua fokus ini tidak dapat ditangani secara parsial. Harus dilakukan secara bersama-sama, dan melibatkan berbagai unsur,” kata Pj Bupati.
Menurutnya, kemiskinan adalah masalah yang multi dimensi, sehingga upaya untuk menangani-nya juga harus melibatkan berbagai pihak.
Dukungan dan partispasi elemen masyarakat akan sangat berguna untuk mendorong percepatan penanggulangan kemiskinan, kemiskinan ekstrim dan stunting.
Pemerintah daerah, lanjut Jasmono, akan sangat terbantu, jika melalui forum-forum diskusi dan terlebih khusus melalui sidang klasis ini, akan memberikan
rekomendasi konstruktif terhadap permasalahan yang ada.
Menyinggung kondisi lingkungan sosial masyarakat dewasa ini, Jasmono menjelaskan, perubahan lingkungan strategis, serta arus informasi tanpa batas yang mengubah perspektif masyarakat, maka pelayanan bina mental dan spiritual umat menjadi aspek pelayanan yang akan lebih dioptimalkan.
Pengaruh media sosial cukup besar dalam merubah pola pikir dan perilaku generasi muda. Hari ini, daerah Kita sangat rentan terhadap gangguan keamanan dan ketertiban.
“Dipicu hal-hal kecil saja, bisa langsung bentrok, menggunakan alat tajam. Korban berjatuhan, baik luka-luka maupun korban jiwa. Warga yang tidak tahu menahu tentang masalah juga menjadi korban, aparat keamanan menjadi korban. Ini adalah keprihatinan yang harus ditangani,” tandas Jasmono.
Pembinaan umat juga menekankan pentingnya pengawasan terhadap generasi muda.
“Saya harapkan dari sidang klasis ini dapat memberikan dukungan pemikiran dan rekomendasi yang dapat digunakan sebagai referensi untuk kebijakan daerah khususnya dalam membangun situasi kondusif di daerah ini,” pungkas Jasmono.(Ser)
Belum Ada Komentar