Dokter Boy, Matakus dan Pariwisata Tanimbar. Catatan Roy Jehu (Sekretaris RBU KKT)
SuaraReformasi.Com.Saumlaki.JUDUL diatas sengaja dipilih untuk merepresentasikan 3 entitas yang saling berhubungan: Dokter Boy, Matakus dan Pariwisata Tanimbar. Mengapa?n
Pertama, Dokter Boy saat ini sedang didukung dan dipromosikan sebagai Bupati Kabupaten Kepulauan Tanimbar (KKT) pada Pilkada 2024 mendatang. Sehingga konsepnya tentang pembangunan KKT kedepan mesti dibedah dan ditawarkan sebagai solusi atas problem KKT saat ini.
Kedua, Matakus merupakan etalase pariwisata KKT yang prospektif sebagai salah satu sektor potensial secara ekonomis untuk dikembangkan agar memberikan dampak ekonomis bagi KKT kedepan.
Ketiga, Pariwisata sebagai salah satu sektor unggulan KKT, namun hingga kini belum memberi dampak signifikan bagi perekonomian daerah.
Keterhubungan tiga entitas itu terletak pada bagaimana konsep Dokter Boy dalam membangun sektor Pariwisata KKT, yang tercermin dari Matakus sebagai etalasenya.
Tulisan ini merupakan refleksi pikiran Dokter Boy dalam memajukkan sektor pariwisata KKT saat melakukan kunjungan bersama Tim Relawan Boy Uwuratu (RBU) KKT ke Desa Matakus dalam rangka pelantikan RBU Desa Matakus pada tanggal 10 September 2023 lalu.
Sebagai gambaran awal, data Badan Pusat Statistik tahun 2022 menunjukkan bahwa sektor Pariwisata di KKT berkontribusi sebesar 0.22% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) KKT. Padahal, di tahun yang sama, sektor pariwisata nasional sudah berkontribusi sebesar 20% terhadap PDB. Mengapa demikian?
Menurut Dokter Boy, problemnya terletak pada tiga hal, yaitu: (1) Perencanaan pembangunan yang belum menjadikan sektor Pariwisata sebagai leading sektor, plus konsep perencanaan yang bersifat parsial; (2) Disparitas antara konsep pengembangan dengan perilaku wisatawan; dan (3) Rendahnya promosi. Mengapa?
Pertama, pembangunan sektor pariwisata di Tanimbar masih dianggap sebelah mata, sehingga alokasi ruang fiskal umtuk pengembangan masih terbatas. Disamping itu, pola pengembangannya belum terpadu dengan sektor-sektor lainnya. Ambil contoh di Matakus, sejumlah fasilitas yang dibangun tidak lagi terawat dengan baik. Sementara akses dari dan ke Matakus yang mesti melibatkan sektor perhubungan belum dikembangkan. Akibatnya, tingkat kunjungan yang berkorelasi dengan pendapatan masih minim.
Kedua, konsep pengembangan masih jauh dari perilaku dan harapan wisatawan. Misalnya, perilaku wisatawan domestik yang umumnya berpendapatan rendah, tidak membutuhkan fasilitas penginapan, melainkan ketersediaan kuliner. Sebaliknya, wisatawan mancanegara lebih membutuhkan fasilitas penginapan sekaligus kulinernya. Inilah yang mesti menjadi perhatian dalam merencanakan pengembangan setiap destinasi wisata di KKT.
Ketiga, pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi sebagai media promosi yang masih terbatas.
Gambaran itulah yang kemudian terlihat jelas efeknya pada nilai PDRB yang dipublikasikan oleh BPS setiap tahun. Padahal, KKT memiliki beragam potensi pariwisata unggul, baik alam maupun budaya yang menjanjikan secara ekonomis. Secara kasat mata, hal itu terpampang nyata di etalasi pariwisata Tanimbar yang bernama MATAKUS.
Oleh sebab itu, Dokter Boy berpendapat bahwa memajukan sektor pariwisata Tanimbar mesti dapat menjawab ketiga problem tersebut diatas, yakni: (1) Menjadikan pariwisata sebagai salah satu sektor unggulan di KKT; (2) Sinkronisasi konsep pengembangan dengan perilaku wisatawan: dan (3) Manfaatkan teknologi informasi dannkomunikasi sebagai media promosi.
Bila ketiga langkah tersebut dilakukan, maka sektor pariwisata KKT dapat memberi kontribusi yang signifikan bagi PDRB, dan pada gilirannya dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat.
Dengan demikian, daerah sebagai Matakus misalnya, kedepan bukan saja menjadi kebanggaan orang Tanimbar, tetapi sekaligus menjadi ikon destinasi pariwisata yang mendunia, yang berimplikasi nyata secara ekonomis baik bagi warga Matakus sendiri maupun KKT. Semoga.
Belum Ada Komentar