Ambon.Suara Reformasi.Com. Kerusakan Talud penahan ombak tentu menjadi salah satu masalah di Kabupaten Kepulauan Aru, yang kerusakan ini mempengaruhi kondisi sekitar tempat tinggal masyarakat, khususnya pada Desa Wangel dan Durjela, jika sewaktu-waktu terjadi perubahan cuaca.
“Setiap tahun penahan talud ombak hancur akibat terjadi cuaca ekstrim yang melanda, hampir sebagian besar talud penahan ombak yang sudah dikerjakan oleh pemerintah daerah untuk menahan Abrasi Masi saja mengalami kerusakan.
“Kerusakan ini terjadi bukan tampa sebab, tentu terjadi akibat beberapa faktor seperti terjangan ombak, dan Abrasi, sehingga membuat talud dimaksud mengalami kerusakan bahkan kebocoran, sehingga air laut dapat naik sampai pada jalan jalan di sekitar wilayah pesisir pantai.
Hal ini disampaikan oleh wakil ketua DPRD Kabupaten Kepulauan Aru, Lanurdi Senen Djabumir kepada Wartawan di Ambon Rabu 22/3/23
Kata Lanurdi bahwa,” Selain pengaruh cuaca ekstrim yang terjadi pada saat musim timur dan musim barat, pulau Wamar yang merupakan ibu kota kabupaten menjadi salah satu wilayah yang sangat berdampak jika terjadi cuaca ekstrim, terutama di desa wange dan Durjela.
“Pemerintah Daerah bersama DPRD telah melakukan banyak langkah untuk menangani isu dimaksud, sampai dengan membuat talud penahan ombak setiap tahunya, namun tetap hancur diterjang ombak. Bahkan kehadiran Bapak presiden beberapa waktu lalu di Kabupaten Kepulauan Aru, sudah pemerintah sampaikan untuk membuat pemecah ombak, agar dapat menangani permasalahan tersebut. Ungkap Nurdin
Ditambah lagi bahwa, “Kalo tidak salah beberapa tahun yang lalu, di pantai wangel dan pantai Durjela, tidak ada talud penahan ombak, sebab itu tidak diperlukan , “kenapa,”karena banyak sekali pohon kelapa yang tumbuh di sepanjang pantai,” yang mana bisa meredam gelombang, seiring namun waktu berjalan cerita ini pun tidak bertahan lama saat masyarakat sekitar sudah mulai melakukan aktifitas pengambilan pasir dan batu di kedua pantai dimaksud, untuk dijadikan sebagai mata pelajaran, sehingga mana dari kegiatan masyarakat dimaksud, mengakibatkan terjadinya Abrasi yang lebih besar dari sebelumnya . Ungkap Nurdin
“Akibat dari aktifitas pengambilan pasir dan batu secara berkelanjutan, sehingga kedua pantai di desa tersebut sudah banyak pohon kelapa yang tadinya berfungsi untuk meredam gelombang laut, sekarang sudah hampir sebagian besar tidak ada lagi, akibat dari terjadinya Abrasi,” Abrasi karena kondisi Alam , atau ” Abrasi yang di akibatkan oleh ulah manusia
Sambungnya Nurdi bahwa”Seharusnya masyarakat lebih mengerti, jika hal ini terus dilakukan akan berdampak sekali bagi kelangsung kehidupan mereka,” sebab kita tidak tau kedepan nya seperti apa, apalagi “kita sekarang ini sementara di perhadapakan dengan masalah perubahan iklim yang tidak biasanya, tentu ini akan menjadi satu ancaman bagi keberlangsungan kehidupan kita khususnya masyarakat di sekitar pesisir pantai dimaksud. Tambahnya
“DPRD sudah menyampaikan kepada pemerintah daerah untuk dapat memaksimalkan potensi yang ada di wilayah tersebut, sebab jika kedua pantai ini di jadikan sebagai tempat destinasi wisata, tentu akan membawa inkam bagi masyarakat yang mendiami kawasan dimaksud.
“Pemerintah jangan hanya diam saja untuk melihat persoalan yang satu ini, karena pemerintah harus memikirkan cara , bagaimana kita dapat mengantikan aktifitas masyarakat yang sering mengambil pasir dan batu di pantai, dengan memberikan lapangan pekerjaan yang lain bagi mereka, dan salah satu pekerjaan yang dapat di lakukan lakukan adalah dengan menjadikan lokasi Pantai Wangel dan Durjela sebagai objek wisata Aikon yang ada di Kota Dobo, sebab kita punya sunset yang terbaik ada di batu kora, ini yang harus menjadi perhatian pemerintah. Tegas Nurdi.(Ser)
Sumber : http://suarareformasi.com/nurdi-pemerintah-daerah-di-harapkan-menciptakan-lapangan-kerja-baru-bagi-para-penambang-pasir-dan-batu-detail-447628