SUARAREFORMASI.COM.TUAL-Ketika saya mengatakan bahwa saya orang Tamedan tetapi saya tidak punya Tad (tanda/bukti-red) itu berati saya punya nerasi itu tidak dipercaya, dalam tanda kutip, bisa saya berkata bohong, demikian pernyataan ini disampaikan Jhon Sangur (JS) saat ditemui di lokasi Ohoi Tom marga Sangur di Tamedan Sabtu (13/7-2024).
Pernyataan JS tersebut berkaitan dengan kesibukannya bersama keluarga Renwair yang sedang membangun gapura pintu masuk keluarga besar Sangur di Ohoi Tom mereka yang terletak di Tamedan pulau Dullah Utara.
Kata Dia inilah kami, inilah Tad kami, bahwa kami Sangur ada di sini, kami masuk desa Tamedan sebagai marga ketiga setelah Renwowan dan Balubun lalu kami (Sangur).
Kata JS, Karena hasrat Leluhur untuk ingin menjelajah terus, maka satu ketika, mereka meninggalkan adiknya yaitu Renwair di Tamedan dan mereka melanjutkan perjalanan ke Kei Besar melalui Letman, Namar kemudian menuju ke Kei Besar.
Menurut JS, di Kei Besar, moyang mereka singgah pertama kali di Tanjung Batu putih antara Werka dan Harangur, sehingga tempat itu dinamakan pantai Sangur (ada bekas pasir disitu).
Kata JS, mereka kemudian menyisir ke arah Utara dan membuang jangkar terakhir di Vot Roa (Elralang Sekang).
Dikatakannya kendati demikian di darat saat itu sudah ada asap api, artinya sudah ada penghuni.
” Jujur saja sebelum kami masuk di situ, sudah ada orang punya asap api di darat yaitu marga Hemar dan marga Talubun, kata JS mereka adalah kakak belan Yalmo” pungkasnya
” Kami masuk itu bersamaan dengan marga Ngutro, sehingga orang bilang Sangur Ngutro, ” sebutnya
Dari tempat pembuangan jangkar terakhir Sangur di Pot Roa (Elralang), mereka berkembang dan kemudian menyebar di Watsin, Bombay dan Wulurat.
Sebagai informasi, konsep dan gagasan untuk menata Ohoi Tom dan menelusuri napak tilas perjalan keluarga besar Sangur tersebut adalah komitmen idei dari salah satu cucu dari Elias Sangur (Koel), yaitu Johanis Bosko Sangur, atau anak dari Ko Yaan Sangur.
Kata JS sebagai orang yang masih menyandang marga Sangur, yang datang dari Balli, Luang, Kuur, dan Tamedan, dan endingnya sampai di Watsin, Bombay dan Wulurat, ” Saya harap agar tetap menjaga silaturahmi dari generasi ke generasi, dan perlu dilestarikan sehingga tidak boleh punah, ” harapnya menutup.(SER)
Sumber : http://suarareformasi.com/js-kalau-tidak-punya-tad-maka-saya-punya-narasi-tidak-dipercaya-detail-453957