Dokter Boy dan Masa Depan Tanimbar  (Comfort Zone and Heart Calls)

Dokter Boy dan Masa Depan Tanimbar (Comfort Zone and Heart Calls)

Oleh : Avo A. Fenan (Wartawan Radar Maluku News) 

Menjadi seorang dokter bukanlah perjalanan yang mudah. Terlebih lagi jika bermimpi untuk menjadi seorang dokter spesialis. Seperti halnya dr. Julianus Aboyaman Uwuratuw, Sp.B.Subsp.BD (K), yang telah melewati suka dukanya menjadi seorang dokter.  

Di Bumi Duan-Lolat, Namanya kian buming ketika dirinya mulai menyatakan sikap untuk ikut bertarung pada kontestasi politik pemilihan kepala daerah Kabupaten Kepulauan Tanimbar (KKT) 2024. 

dr. Julianus Aboyaman Uwuratuw atau yang kerap disapa Dokter Boy mengawali jejak politiknya bertepatan dengan momen hari ulang tahun dirinya yang menanjak usia 47 tahun, dimana dirinya merasa terpanggil terhadap kondisi Tanimbar yang sangat miris saat dirinya kembali mengijakan kaki di tempat putus pusarnya pada Desember 2022 untuk merayakan hari raya Natal dan Tahun Baru bersama keluarga. 

Dari ‘Anak Desa’ hingga punya julukan ‘Dokter Spesialis’ 

Anak kedua dari lima bersaudara yang lahir di Seira 49 Tahun silam, tepatnya pada 27 Desember 1974 dari pasangan Gotlief Uwuratuw (Alm) dan Johona Masela (Alma) ini memang bukan merupakan keluarga yang memiliki harta berlimpah tetapi dengan semangat kemandirian dan tekad yang kuat agar suatu saat nanti dapat membanggakan kedua orang tua. Hal itu yang selalu terngiang-ngiang di benaknya. 

Kecintaannya akan kemanusiaan, tertempa sejak kecil dan kemudian tumbuh subur sejak dirinya mendapat kesempatan untuk menghirup pendidikan dari SD Negeri I Saumlaki, Maluku Tahun 1981, SMP Negeri II Saumlaki, Maluku Tahun 1987 dan SMA Negeri I Saumlaki, Maluku Tahun 1990. 

Ketika lulus SMA tahun 1990, cita-cita menjadi seorang dokter makin nampak dibarengi motivasi dan kerja kerasnya memberanikan diri dan memutuskan untuk mendaftarkan diri ke Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Indonesia (UKI) Jakarta dengan harapan nantinya bisa menjadi dokter. 

Profesi sebagai seorang dokter merupakan tempat yang amat nyaman baginya, oleh karenanya ia tekuni dengan sepenuh hati dan setelah melewati berbagai macam suka duka selama menempuh pendidikan di UKI, ia dinyatakan lulus dengan bergelar dokter umum tahun 2004. 

Masuk dalam masa penempatan tugas praktik, dirinya ditempatkan untuk Magang di bagian Bedah RS UKI Jakarta tahun 2004 dan lanjut dirinya kemudian Magang di bagian Bedah RS Bhayangkara Makassar tahun 2004-2005. 

Tidak sampai disitu, jejak karirnya kian melejit ketika ia melanjutkan studi dengan mengikuti Program Pendidikan Dokter Spesialis Bedah Umum Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin (UNHAS) Tahun 2005-2011. 

Setelah lulus menjadi dokter spesialis di tahun 2011, dirinya kemudian berkesempatan untuk "Pulang Kampung". Atas dasar kecintaan dan kerinduannya maka dirinya memilih untuk mengabdi di daerah tempat kelahirannya sebagai Dokter Bedah Umum di RS PP Magreti Saumlaki, Kabupaten Kepulauan Tanimbar (KKT), Maluku selama setahun yakni pada Setember 2011 hingga Maret 2012. 

Dalam masa tugasnya di tanimbar, dirinya turut terlibat dalam beberapa hal salah satunya sebagai promotor dan pencetus perda tentang rumah sakit dan tenaga kesehatan di tanimbar. Pengabdiannya di tanimbar selama kurang lebih satu tahun, selain melayani masyarakat yang sakit, Dokter Boy juga mengajarkan banyak hal tentang pentingnya kesehatan kepada masyarakat yang berkonsultasi dengan dirinya. Menurutnya melayani di daerah sendiri merupakan bagian dari moto hidupnya.  

“Saya lahir dan besar dengan adat dan budaya Tanimbar, Saya mewarisi darah Selaru dari Ayah dan Seira dari Ibu. 

Saya tumbuh dengan makanan bakar batu dan Saya 

pernah bersama-sama membangun mimpi dengan 

para tenaga kesehatan di seantero Tanimbar untuk 

melayani orang Tanimbar. Etisnya, Saya mengenal 

dengan baik doa dan harapan rakyat Tanimbar

yang berjuang siang malam mempertahankan hidup dengan adanya kondisi daerah yang makin parah. Untuk itu saya ingin melayani dengan sepenuh hati untuk masyarakat Tanimbar". Ungkapnya 

Dalam waktu yang belum genap dua tahun masa tugasnya di tanimbar itu, akhirnya pada Maret 2012, Dokter Boy kemudian kembali ke Makassar untuk memperdalam keahliannya sebagai dokter ahli bedah. 

Makassar bukanlah tempat untuk menjauhkan sosok dokter spesialis bedah ini dari tanimbar, akan tetapi justru lewat jamahan tangan Dokter Boy lah yang mampu membuat keajaiban bagi kesembuhan masyarakat tanimbar yang membutuhkan perawatan kesehatan di Makassar. Minimnya fasilitas kesehatan serta tenaga dokter ahli di tanimbar yang membuat sehingga rata-rata masyarakat sulit mengakses kesehatan dan dirujuk ke Makassar guna mendapat perawatan kesehatan yang baik. 

Menjadi seorang Bupati  

Perjalanan sosok pria yang dikenal sebagai Dokter Spesialis Bedah Digestif yang berpraktik di beberapa rumah sakit terkemuka di Makassar Sulawesi Selatan, salah satunya Primaya Hospital ini, membuat bertanya-tanya: 

“Mengapa seorang dokter yang sudah memiliki reputasi serta jabatan tinggi di bidang medis memutuskan terjun ke dunia yang jauh dengan kehidupan sehari-harinya? Menjadi seorang bupati? 

Meninggalkan zona nyaman tentu bukanlah hal yang mengenakkan bagi kebanyakan orang. Sama seperti Dokter Boy ketika adanya 'keterpanggilan hati’ untuk maju menjadi Bupati Kepulauan Tanimbar, di mana ia harus meninggalkan zona nyaman yang telah dibangunnya selama ini.  

Memiliki istri yang juga seorang dokter ahli kian menambah kenyamanan hidup baik dari finansial maupun kesejahteraan. Dr. Fabiola M.S. Adam, Sp.PD, seorang putri asal Sulawesi yang juga berprofesi sebagai dokter ahli ini merupakan istri dari Dokter Boy dan kini telah dikaruniai tiga orang anak dan salah satu anaknya pun kini menjadi calon dokter. 

“Sekarang bagaimana, bicara soal nyaman ya saya sudah sangat nyaman. Saya sudah punya pasif income sendiri dari rumah sakit tempat saya praktik, kemudian mengajar mahasiswa calon dokter umum dan spesialis dan beberapa pekerjaan lain. Saya sudah punya segalanya". Ujarnya 

Bagi Dokter Boy, hidup adalah kesempatan untuk menabur benih kebaikan dan menjadi berkat bagi orang lain, terutama bagi basudara di Tanimbar. Keinginan untuk melayani sesama itu makin kuat ketika dirinya beserta keluarga pulang kampung pada Desember tahun 2022 lalu, yang mana Dokter Boy berkesempatan mengunjungi berbagai lapisan masyarakat dan menemukan masih banyak rakyat tanimbar terutama kehidupan masyarakat di pedesaan yang memprihatinkan karena belitan kemiskinan dan keterbatasan kesehatan serta pendidikan. 

Selain kondisi reel yang dibuktikan secara empirik di lapangan juga diperkuat dengan data tentang indikator-indikator baik kemajuan maupun kesejahteraan dari Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Maluku yang memvonis Tanimbar sebagai miskin ekstrim. 

"Saya rasa, dunia politik adalah medan yang tepat untuk mewujudkan mimpi saya untuk pulang dan melayani masyarakat Tanimbar secara lebih luas. Pengetahuan dan Pengalaman yang ada sudah bisa menjadi bekal yang cukup bagi saya untuk mengarungi konstestasi politik di tanimbar sebagai kepala daerah"- ungkapnya 

Setelah berunding dengan banyak pihak termasuk para tokoh agama dan atas dorongan keluarga besar serta didukung oleh istri tecinta maka pada 27 Desember tahun 2022 yang bertepatan dengan HUT-nya, dirinya mengambil keputusan untuk maju mencalonkan diri sebagai Bupati pada perhelatan pilkada KKT 2024.  

"Saya asli Tanimbar. Saya cinta akan tanimbar dan saya ingin mengabdi sepenuh hati memperbaiki daerah saya ini" - Tegasnya 

Sama seperti memilih spesialis bedah, bukan tanpa alasan akhirnya Dokter Boy maju sebagai calon bupati. Dirinya mendapatkan banyak dorongan dari banyak pihak, selain mendapat tempat dihati masyarakat juga dipercaya memiliki masa yang banyak dengan dibentuknya simpul-simpul relawan "Relawan Boy Uwuratuw" (RBU) dari kota hingga pelosok desa. (Ser)

Sumber : http://suarareformasi.com/dokter-boy-dan-masa-depan-tanimbar-comfort-zone-and-heart-calls-detail-452826